Toko Buku Online

SELAMAT DATANG!!!
Hadir dengan informasi pendidikan, kewarganegaraan, seputar guru, pembelajaran, artikel dan penelitian (PTK). Bagi siswaku, web ini merupakan papan tulis online, bagi rekan guru: take and give. Selamat Belajar!!!

Senin, 30 Juli 2012

DUA ALASAN UKG DIADAKAN

Seperti dituturkan M. Nuh, penguasa Kemendikbud UKG akan mengevaluasi penguasan materi ajar dan pe­dagogisnya. Penguasaan materi ajar yang dimaksud adalah aspek profesionalitas guru, sedangkan pedagogies adalah aspek didik, sejauh mana guru mengenal liku-liku karakteristik siswa, teori dan prinsip belajar, kurikulum dan penyelenggaraan pendidikan. Setidaknya 2 alasan itulah yang menjadi alasan (bukan landasan) UKG perlu diadakan. Layaknya sebuah proses, selalu memuat perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut. Empat (4) hal itu sifatnya fundamental untuk sebuah proses. Penataan sumberdaya pendidikan masih berjalan separoh, sebagai wujud pelaksanaan perencanaan belum bisa dievaluasi, apalagi diadakan tindak lanjut. Sertifikasi dalam jabatan belum tuntas, andaikan diadakan evaluasi hasilnya belum representatif, apalagi diadakan tindak lanjut. Namun pendidikan sudah berjalan sekian dekade dengan beberpa perubahan kurikulum yang menyertai. Terhadap pendidik, sebagai punggawanya pendidikan sudah lumrah dihadapi sebagai konsekwensi sebuah profesi. Namun sebagai evaluasi diri tentunya kita patut mempertanyakan diri kita sendiri.
Pertanyaan dasar untuk kita sendiri adalah:
  1. Sudahkan kita menguasai materi ajar?
  2. Apakah kita sudah profesional?
Menguasai materi ajar? Bila kita ditanya hal ini jawabanya sudah! 5 hingga 23 tahun lamanya berkutat mengajar dengan materi yang sama. Rutinitas yang pasti terjadi sebagai amanah jabatan, guru. Namun bila dikembangkan pertanyaannya menjadi:
Apakah kita bisa mentransfer pengetahuan, sikap dan membawa dampak perubahan perilaku pada anak dari apa yang kita sampaikan dalam proses pembelajaran? Tentu kita ragu menjawabnya. Biasanya yang menjadi kambing hitam adalah beberapa kondisi dengan sasaran anak didik dan sarana-prasarana pembelajaran. Sikap kita demikian individualis, bisa jadi kita (guru) hafal materi dan menguasai materi, karena 5 hingga 25 tahun dibaca dan disampaikan. Namun anak-anak dengan kondisi yang majemuk apakah sudah kita pikirkan? Egoisitas melekat pada kita. Ketika anak ulangan sebuah KD, hasilnya jelek tidak kita sadari bahwa kita kurang pintar menggunakan metode dan model pembelajaran yang cocok. Sebagai kompensasi sikap egois kita selalu anak yang menjadi sasaran. Anak "bodo", tidak mau belajar, input rendah, dan serangkaian alasan lainnya selalu anak menjadi objek ketidakberhasilan dalam mengajar.
Nah, masih belum sadarkah kita? Bahwa sebenarnya mengajar bukan semata kita menguasai substansi sebuah materi? Tidakkah kita menyadari bahwa sebenarnya kita kurang "pintar" menyampaikan pesan pembelajaran pada anak? Itulah mengapa kita harus memahami aspek isi/konten materi dengan benar.
Demikian pula berbagai aspek metodik-dedaktik yang terkait, seperti prinsip-prinsip belajar, strategi pembelajaran, yang merupakan kemampuan paedagogis kita. Semua belum terpadu secara benar. Masih sparatis dan tidak konkrit. Seorang guru yang belasan tahun, kadang bangga dengan pengalamannya mengajar. Biasanya guru seperti ini selalu membandingkan dengan yang sudah-sudah. Tidak menyadari bahwa karakteristik anak dari jaman ke jaman selalu berbeda.
Dari bahasan dan diskripsi di atas jelas kiranya, tidak bermaksud membela kepentingan pemerintah, tapi membela kepentingan kita sendiri sebagai pendidik harus menyadari bahwa kita belum kompeten dalam penguasaan materi (profesional) dan metodologi (paedagogis). Itulah mengapa pada judul di atas saya tulis, 2 (dua) hal mengapa kita harus UKG.
Namun tidak benar juga (menurut saya) bila guru dijadikan sebagai objek sasaran ketidakberhasilan siswa. Pendidikan itu banyak faktor menuju keberhasilan. Idealitas konsep yang dirancang pemerintah melalui SNP (Standar Nasional Pendidikan) amat baik dan terumus jelas. Namun pemerintah dalam memenuhi semua itu terkesan lambat dan tidak total. Belum lagi tebang pilih dengan dalih tertentu dalam memenuhi beberapa standar pendidikan.
Karena itu para pemegang kepentingan tingkat birokrat perlu berkaca diri, jangan karena sedang berkuasa bebas mengumbar teori tanpa memberikan gambaran implementasi yang jelas. Kalau kebiasaan birokrat kita seperti ini pada akhirnya malah menimbulkan kebencian pendidik terhadap kebijakan pemerintah, bahkan "alergi" pada kebijakan. Guru seperti dibuat "phobia" dengan keadaan sekarang yang tidak menentu. Keseragaman peningkatan kualitas selalu terpaut dengan kepentingan yang berujung pada finansial. Setiap proyek dirumuskan dengan baik, tatapi selalu dicari celah kebocorannya. Selain tidak efektif, juga merugikan negara. Jangka panjangnya merugikan masa depan anak didik kita. Semoga carut-marut pendidikan kita segera teratasi dan tuntas.

1 komentar:

  1. Soal IPS SMP hari ini Banyak tidak ada soalnya terutama yg berhubugan dengan tabel dan kurve terutama pelajaran ekonomi,jadi sebelum diuji dilihat dulu...sehingga tidak membuyarkan konsentrasi guru

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes
Tetukoinposting.com: Toko Buku paling terpercaya silakan belanja di http://www.belbuk.com/?ref=1965.