Model pembelajaran PKn bercirikan pada pengembangan sikap demokratis yang bertanggung jawab sebagai seorang warga negara. Berkenaan dengan ini. Secara umum Rath dan Kirchenbaun mengidentifikasi beberapa model pengembangan sikap demokratis yang bertanggung jawab yang cukup relevan dengan pendidikan kewarganegaraan.
Model pembelajaran tersebut antara lain:
MODEL PEMBELAJARAN | KARAKTERISTIK POKOK UNTUK MASING-MASING STRATEGI TERSEBUT |
1. Pertemuan Kelas Berita Baru (Good News Class Meeting), | 1. Pertemuan Kelas Berita Baru merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertangguingjawab melalui pertemuan kelas, guna membahas berita aktual yang ada di media massa seperti surat kabar, televisis, radiao atau internet. Contohnya : berita tentang demonstrasi yang berujung dengan perusakan. Dengan membahas berita aktual siswa akan selalu punya raa ingin tahu dan peka terhadap masalah aktual yang terjadi di lingkungannya. |
2. Cambuk bersiklus (Circle Whip), | 2. Cambuk Bersiklus merupakan strategi pemgembangan sikap demokratis dan ertanggungjawab melalui pertemuan saling bertanya dan menjawab secara bergiliran. Setiap orang harus mendengarkan pertanyaan siswa lain dan menyiapkan pertanyaan untuk siswa lainbukan pemberi pertanyaan sebelumnya . Contohnya , siswa A bertanya kepada siswa B “Mengapa terjadi tawuran di sekolah?” . Siswa B menjawab pertanyaan itu, kemidian mengajukan pertanyaan lain terkait pertanyaan pertama, “Bagaimana cara menjaga kerukunan antar siswa dan mencegah terjadinya tawuran lagi?”. Dengan cara ini siswa akan terlatih untuk selalu peka dan tanggap terhadap orang lain. |
3. Waktu untuk Penghargan (Appreciation Time), | 3. Waktu untuk Penghargaan, merupakan startegi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan untuk memberikan penghargaan atau penghormatan terhadap orang lain, misalnya: menghadiri acara duka cita karena ada orang yang meninggal atau kena musibah. Dengan cara ini siswa akan terasah nuraninya untuk selalu menghormati orang lain karena mengakui prestasi yang dicapainya atau dedikasi yang diberikannya kepada kepentingan umum/ orang lain. |
4. Waktu untuk yang Terhormat (Compliment Time), | 4. Waktu untuk Yang Terhormat, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melelui acara yabf secara khusus diadakan atas inisiatif siswa untuk emeberikan penghargaan kepada orang yang sangat dihormati. Misalnya: acara yang diadakan pada saat ada seorang guru senior atau kepala sekolah akan memasuki purna tugas atau pensiun. Dengan cara ini siswa akan selalu memiliki empati sebagain bagian dari tanggungjawab sosial. |
5. Pertemuan Perumusan Tujuan (Goal setting Meeting), | 5. Pertemuan Perumusan Tujuan, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan yang sengaja diadakan atas inisiatif guru dan/ atau siswa untuk merumuskan visis atau tujuan sekolah. Misalnya :simulasi rapat sekolah untuk merumuskan rencana pemugaran sekolah. Dengan cara itu siswa akan meliki rasa memiliki sekolahnya dan pada gilirannya akan menumbuhkan kecintaan dan tanggungjawab terhadap sekolahnya tanpa harus diminta. |
6. Pertemuan Legislasi ( Rule Setting meeting), | 6. Pertemuan legislasi, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan untuk merumuskan atau menyususn norma atai aturan yang akan berlaku di sekolah. Misalnya: kapan siswa bolah tidak memakai pakaian seragam sekolah satu hari dalam seminggu kemudian menuangkannya secara konsensus menjadi salah satu butir aturan dalam tatatertib sekolah. Dengan cara ini siswa akan mampu berpikir normatif. |
7. Pertemuan evaluai aturan (rule Evaluating Meeting) , | 7. Pertemuan Evaluasi Aturan, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan untuk mengevaluasi pelaksanaan norma atau aturan yang telah disepakati dan berlaku di sekolah. Misalnya: simulasi rapat tentang peraturan tentang hari bebas berpakaian satu hari dalam seminggu kemudian secara konsensus menyempurnakan butir aturan dalam tatatertib sekolah itu agar lebih adil. Dengan cara ini siswa akan mampu berpikir normatif–evaluatif. |
8. Pertemuan perumusan Langkah Kegiatan (Stage Setting Meeting), | 8. Pertemuan Perumusan Langkah kegiatan merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan untuk menetapkan prioritas atau tahapan kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa di bawah supervisis sekolah . misalnya ;simulasi rapat penentuan prioritas kegiatan kesiswaan untuk satu tahun mendatang. Dengan cara itu siswa akan mengerti dan terbiasa menentukan prioritas dikaitkan dengan ketersediaan waktu atau dana. |
9. Pertemuan Evaluasi dan Balikan (Feedback Evaluation), | 9. Pertemuan Evaluasi dan Balikan merupakan strategi pengembnagan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan untuk memberikan masukan terhadap pelaksanaan kebijakan sekolah atas dasar hasil monitoring kelompok siswa dan / atau guru yang sengaja ditugasi untuk itu. Contohnya: simulasi dengar pendapat sekolah untuk mendapatkan masukan pelaksanaan kebijakan larangan merokok di sekolah. Dengan cara ini siswa akan selalu berpikir reflektif dan evaluatif. |
10. Pertemuan Refleksi bekajar (Selation on Learning), | 10. Pertemuan Refleksi Belajar merupakan staretgi pengembangan sikapdemokratis dan bertanggungjawab melelui pertemuan pengendapan dan evaluasi terhadap proses dan atau hasil belajar setelah selesai satu atau beberapa pertemuan. Contohnya: pertemuan untuk meminta siswa menilai kemajuan belajarnya dalam satu semester. Dari pertemuan iniguru akan memperoleh masukan dari siswa tentang hal-hal yang perlu diperbaiki dalam pembelajaran, dan siswa akan mendapatkan masukan tentang pencapaian kompetensi yang dipersyaratkan dan tindak lanjut peningkatan intensitas belajar lebih lanjut. |
11. forum Siswa (Student Presentation), | 11. Forum siswa, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan untuk memberi kesempatan siswa secara individual atau kelompok menyajikan pendapatnya hasil pemahaman terhadap sumber informasi atau projek belajar yang dilakukan atas tugas guru atau atas inisiatif sendiri. Misalnya, curah pendapat (brainstorming) tentang pelanggaran tatatertib lalu lintas. Dengan cara ini siswa akan terbiasa bertanggungjawab atas pendapatnya dan mau mendengarkan pendapat orang lain dan jika ternyata salah mau mengakui kekurangannya itu. |
12. Pertemuan Pemecahan Masalah ( Problem Solving Meeting), | 12. Pertemuan Pemecahan Masalah, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan terencana untuk memecahkan masalah yang ada di lingkungan sekitar atau lingkungan daerah atau nasional yang menyangkut kehidupan siswa, seperti pemecahan masalah penyalahgunaan narkoba di kalangan siswa. Dengan cara ini siswa akan terlatih memecahakan masalah melalui langkah berpikir kritis dan kreatif. |
13. Pertemuan Isu Akademis ( Academis Issues), | 13. Pertemuan Isu Akademis, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan terencana untuk membahas masalah akademis. Misalnya , pembahasan isu tentang gizi, cara hidup sehat, perubahan cuaca, dan korupsi yang terkait lingkungan daerah atau nasional yang tidak secara langsung menyangkut kehidupan siswa, seperti pemecahan masalah busung lapar, flu burung, pemogokan buruh. Dengan cara ini siswa akan terlatih memecahkan masalah akademis secara populer melalui langkah berpikir ilmiah secara kritis dan kreatif. |
14. Pertemuan Perbaikan Kelas ( Classroom improvment Meeting), | 14. Pertemuan Perbaikan Kelas, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan kelas untuk membahas atau memecahkan masalah yang menyangkut kehidupan siswa di kelasnya atau di lingkungan sekolahnya, seperti pemecahan masalah bolos, tata tertib sekolah. Contohnya, diskusi tentang upaya memperbaiki situasi sekolah. Dengan cara ini siswa akan terlatih memecahkan masalah yang aeda di kelasnya melalui langkah yang demokratis. |
15. Pertemuan Tindak Lanjut (Folow UP Meeting), | 15. Pertemuan Tindak lanjut merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan terencana untuk membahas tindak lanjut dari suatu kegiatan berseri di lingkungan sekolah. Dengan cara ini siswa akan terlatih memecahkan masalah yang ada di kelasnya melalui langkah yang demokratis. |
16. Pertemuan Perencanaan (Planing meeting), | 16. Pertemuan Perencanaan, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan terencana untuk menyusun rencana bersama. Misalnya, merencanakan piknik akhir tahun , pentas seni tahunan, pemilihan pengurus kelas atau OSIS . dengan cara ini siswa akan terlatih menyususn rencana yang layak melalui kesepakatan. |
17. Pertemuan Pengembangan konsep( Concept Meeting ), | 17. Pertemuan pemgembangan Konsep, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan terencana untuk menyususn suatu gagasan baru yang dimaksudkan untuk mendapatkan bantuan, atau menyarankan pemecahan atasmasalah yang cukup pelik. Contohnya, diskusi kelonpok untuk menyusun gagasan Desa Sejahtera , Sekolah Teladan , Sekolah Unggulan, dan sebagainya.Dengan cara ini siswa akan terlatih membangun kerangka konseptual dan mengajukan pemecahan secara konseptual untuk memecahkan masalah. |
18. Pembahasan situasi Pelik (Stiky Situation), | 18. Pemecahan situasi Pelik, merupakan strategi pemgembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melaui pertemuan untuk memecahkan masalah yang terkait pada keadaan yang pelik atau dilematik. Seperti: penetapan pilihan membolehkan atau melarang siswa untuk melakukan pendakian gunung atau kegiatan yang mengandung resiko. Dengan cara ini siswa akan terlatih mempertimbangkan resiko dari stiap keputusan melalui lantgkah berpikir kritis dan aspiratif. |
19. Kotak saran ( Suggestion box/ Class Box), | 19. Kotak Saran, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pengumpulan pendapat secara bebas dan rahasia untuk memecahkan masalah yang ada di lingkungan sekolah atau lingkungan sekitar.misalnya, masukan ke dalam kotak ini pendapat anda tentang cara meningkatkan kegiatan sekolah kita. Dengan cara ini siswa akan terlatih menyampaiakan pendapat dan menghormati privacy atau hak pribadi orang lain. |
20. Pertemuan dalam Pertemuan (And Meeting on Meeting). | 20. Pertemuan dalam Pertemuan, merupakan strategi pengembangan sikap demokratis dan bertanggungjawab melalui pertemuan kelompok kecil dalam konteks pertemuan klasikal atau pertemuan besar. Dengan cara ini siswa akan terlatih dan selalu berusaha untuk memelihara . |
MODEL MODEL PEMBELAJARAN LAINNYA
- EXAMPLES NON EXAMPLES
- PICTURE AND PICTURE
- NUMBERED HEAD TOGETHERS
- COOPERATIVE SCRIPT
- KEPALA BERNOMOR STRUKTUR
- STUDENT TEAMS ACHIEVMENT DIVISION (STAD)
- JIGSAW (MODEL TIM AHLI)
- PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)
- ARTIKULASI
- MIND MAPPING
- MAKE – A MATCH
- THINK PAIR AND SHARE
- DEBATE
- ROLE PLAYING
- GROUP INVESTIGATION
- TALK STIK
- BERTUKAR PASANGAN
- SNOWBALL THROWING
- STUDENT FACILITATOR AND EXPAINING
- EXPLISIT INTRUCTION (PEMBELAJARAN LANGSUNG)
- INSIDE OUTSIDE CIRCLE (LINGKARAN KECIL-LINGKARAN BESAR)
- COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)
- COURSE REVIEW HORAY
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO
Dalam konteks pembelajaran, portofolio diartikan sebagai suatu proses sosial paedagogis adalah kumpulan pengalaman belajar yang terdapat dalam pikiran subyek didik, baik yang berwujud pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Untuk memperoleh gambaran tentang pikiran yang ada dalam diri subyek didik itu perlu diungkap dengan memberikan sederet tugas yang merupakan suati kebulatan. Hasil siswa berupa laporan tugas dikumpulkan dalam portofolio/kumpulan pekerjaan. Kumpulan tugas ini dapat bersifat individual atau kelompok.
Model pembelajaran berbasis portofolio merupakan bentuk dari praktek belajar kewarganegaraan, dengan maksud membantu subyek didik dalam memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar secara praktik-empirik. Praktik belajar ini dapat menjadi program pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab, partisipasi, menilai dan mempengaruhi kebijakan umum, dan berperanserta dalam kegiatan antar siswa, antar sekolah, dan antar anggota masyarakat.
Langkah-langkah pembelajaran berbasis portofolio meliputi :
1. Mengidentifikasi masalah yang terkait dengan materi pelajaran, dengan melalui kegiatan :
Dalam konteks pembelajaran, portofolio diartikan sebagai suatu proses sosial paedagogis adalah kumpulan pengalaman belajar yang terdapat dalam pikiran subyek didik, baik yang berwujud pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Untuk memperoleh gambaran tentang pikiran yang ada dalam diri subyek didik itu perlu diungkap dengan memberikan sederet tugas yang merupakan suati kebulatan. Hasil siswa berupa laporan tugas dikumpulkan dalam portofolio/kumpulan pekerjaan. Kumpulan tugas ini dapat bersifat individual atau kelompok.
Model pembelajaran berbasis portofolio merupakan bentuk dari praktek belajar kewarganegaraan, dengan maksud membantu subyek didik dalam memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar secara praktik-empirik. Praktik belajar ini dapat menjadi program pendidikan yang mendorong kompetensi, tanggung jawab, partisipasi, menilai dan mempengaruhi kebijakan umum, dan berperanserta dalam kegiatan antar siswa, antar sekolah, dan antar anggota masyarakat.
Langkah-langkah pembelajaran berbasis portofolio meliputi :
1. Mengidentifikasi masalah yang terkait dengan materi pelajaran, dengan melalui kegiatan :
- Kelompok kecil. Kelompok kecil dalam kelas dapat berdiskusi untuk mencari satu masalah yang selanjutnya disampaikan ke kelas.
- Pekerjaan rumah. Misal guru memberi tugas mencari masalah yang ada di sekitar siswa dengan cara melakukan wawancara dengan tokoh masyarakat, melakukan pengamatan di lingkungan atau mencari masalah yang dari media atau dari sumber informasi lain.
2. Memilih masalah, dengan melakukan kegiatan :
- Membuat daftar masalah. Masalah yang berhasil dihimpun siswa baik dari kelompok maupun tugas dibuat dalam daftar masalah di papan tulis.
- Melakukan kesepakatan atau pemungutan suara. Para siswa memilih satu dari sejumlah daftar masalah yang ada dengan cara kesepakatan (mufakat) atau dengan pemungutan suara. Masalah yang terpilih akan menjadi bahan bagi pembelajaran portofolio.
Dalam pemilihan masalah ini, guru dapat memberi sumbangan pemikiran bahwa masalah yang baik adalah masalah tersebut berkenaan langsung dengan kehidupan keseharian siswa, merupakan masalah yang ada di daerah siswa, aktual, dan perlu segera ditanggulangi.
3. Mengumpulkan informasi terkait dengan masalah.
Pengumpulan informasi dilakukan agar siswa mendapatkan informasi yang lebih banyak lagi mengenai masalah tersebut . Kegiatan pada langkah ini dapat berupa :
Pengumpulan informasi dilakukan agar siswa mendapatkan informasi yang lebih banyak lagi mengenai masalah tersebut . Kegiatan pada langkah ini dapat berupa :
- Kegiatan kelas untuk mengidentifikasi sumber-sumber informasi, misalnya : perpustakaan, lembaga, seperti kantor, kepolisian, rumah sakit dan lain-lain yang memiliki kaitan dengan masalah yang telah dipilih
- Pekerjaan rumah : melakukan pengumpulan informasi, secara kelompok, dapat dilakukan dengan kunjungan atau lewat telepon ke sumber informasi
4. Mengembangkan Portofolio Kelas
a. Ada dua macam, yaitu portofolio yang ditayangkan (Portofolio Penayangan) dan yang disimpan sebagai arsip (Portofolio Dokumentasi)
a. Ada dua macam, yaitu portofolio yang ditayangkan (Portofolio Penayangan) dan yang disimpan sebagai arsip (Portofolio Dokumentasi)
- Portofolio Penayangan berupa papan poster atau papan busa yang nantinya untuk tempat penempelan karya siswa. Karya siswa yang berupa hasil wawancara, hasil kliping, foto, peta, grafik, gambar, pernyataan tertulis, selebaran dan sebagainya yang terkait dengan masalah sesuai dengan kelompok portofolio dipajang di papan tersebut. Portofolio penayangan ini berjumlah empat buah sesuai dengan kelompok protofolio.
- Portofolio Dokumentasi. Isinya sama dengan bagian atau seksi penayangan hanya lebih lengkap dan tersusun dalam sebuah map.
Untuk seksi penayangan isinya hal hal yang penting atau garis besar yang nantinya dipakai sebagai bahan presentasi untuk penyajian kelas (Show Case). Protofolio Dokumentasi lebih bersifat sebagai dokumen dan bukti karya yang telajh dilakukan siswa. Pada protofolio dokumentasi ini juga berisi 4 bagian sesuai dengan kelompok protofolio.
b. Membagi kelompok portofolio menjadi empat kelompok, dengan mengadakan pembagian tugas :
- kelompok portofolio satu dengan tugas menjelaskan masalah
- kelompok portofolio dua bertugas untuk mengkaji beberapa alternative kebijakan yang diusulkan sebagai pemecahan masalah;
- kelompok portofolio tiga bertugas untuk mengusulkan kebijakan pemecahan masalah
- kelompok portofolio empat bertugas untuk menyusun rencana tindakan.
c. Setiap kelompok protofolio mulai melakukan kegiatan sesuai dengan tugasnya masing-masing.
Hasil karya tiap kelompok diwujudkan dalam dua bentuk yaitu portofolio penayangan dan portofolio dokumentasi.
5. Penyajian portofolio (Show-Case)
Dengan diselesaikannya tugas-tugas persiapan oleh semua kelompok, selanjutnya dilakukan show-case (gelar kasus). Penyajian portofolio digelar di hadapan dewan tiga orang juri yang mewakili kelompok orang tua, masyarakat, dan sekolah. Penyajian portofolio perlu dibantu oleh
moderator sebagai pengendali jalannya penyajian. Setiap selesai penyajian oleh kelompok, dilakukan tanya-jawab dengan para anggota dewan juri. Dengan demikian setiap kelompok mempunyai wakil sebagai juru bicara untuk penyajian kelompok, dan untuk menjawab pertanyaan dewan juri. Penyajian kelompok dilakukan dengan menayangkan portofolio
tayangan yang sudah dipersiapkan, sesuai dengan tugas masing-masing kelompok.
6. Melakukan refleksi pengalaman belajar
Setelah kelas selesai menyajikan portofolio dengan kegiatan show-case maka dilakukan refleksi pengalaman belajar. Merefleksi berarti bercermin, maknanya adalah bercermin dari pengalaman belajar portofolio baik yang dilakukan secara individu, kelompok maupun secara klasikal. Dalam refleksi siswa diajak untuk mengevaluasi tentang apa dan bagaimana mereka telah belajar, serta apa yang akan dilakukan sendainya melakukan portofolio di kemudian hari. Refleksi pengalaman belajar berguna untuk menghindari kesalahan di masa mendatang serta untuk meningkatkan kinerja belajar siswa.
KEPUSTAKAAN:
- Depdiknas. 2006. Model – Model Pembelajaran yang Efektif. Bahan Sosialisasi KTSP. Jakarta. Depdiknas
- Depdiknas. 2007. Pedoman Pengembangan Silabus dan Model Pembelajaran. Buku IV. Jakarta: Dikmenum Depdiknas
- Kurikulum 2004. Mata Pelajaran Kewarganegaraan Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi. Lampiran Standar Isi
- Pendidikan Kewarganegaraan Suwarma Al Muchtar, dkk. 2007. Strategi Pembelajaran PKn. Jakarta : UT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar