Mengapa Bu Julaikah tidak memperlakukan anaknya seperti pada umumnya tetangga lain? Tentu punya alasan tersendiri. Menurutnya anak-anak telah menjalani hari-hari yang melelahkan sepanjang sekolah, dari pagi hingga anak pulang dari sekolah. Dan keadaan itu terjadi sepanjang pekan.Belum lagi jika anak-anak harus menerima les tambahan dari gurunya. Sungguh porsi pekerjaan yang menurut Bu Julaikah berat bagi anak. Ternyata Bu Julaikah memahami betul perkembangan anak, jika anak-anak sepanjang pekan harus terforsir fikirannya seperti itu, kapan waktu anak bereksplorasi menurut perkembangan yang harus dia lalui? Begitulah pemikirannya.
Memang tak salah orang tua menginginkan anaknya pintar bahkan jenius, sebagian mereka justru berambisi begitu getol agar anaknya cerdas cemerlang seperti bayangannya.Orang tua juga harus sadar bahwa anak jenius bukan dilahirkan tetapi diciptakan. Keadaan demikian tidak usah membuat kita frustasi, justru kita harus mensyukuri apa yang terjadi pada anak sambil berusaha sesuai dengan takaran dan ukuran si anak.
Lantas apa yang harus kita lakukan sebagai orang tua? Memaksakan dengan berbagai upaya atau seperti Bu Julaikah di atas?
Yang perlu kita ketahui, ketika saya belajar di SPG, Sekolah Pendidikan Guru dalam Psikologi Perkembangan dikatakan bahwa masa usia anak 0-5 tahun adalah masa-masa perkembangan optimal bagi kemampuan anak. Pada masa ini anak berkembang ke segala arah. Kemampuan eksplorasi mengenal apa yang dihadapi sungguh besar. Demikian juga untuk mencoba berbuat sesuatu demikian kuat, jika mengalami kegagalan tak henti-hentinya mencoba dan tidak pernah malu karenanya. Jika pada masa ini anak mendapat sesuatu yang baik, maka anak menjadi baik pada perkembangan berikutnya, sebaliknya jika apa yang dia dapat buruk maka anak akan meniru sehabis-habisnya dan tidak takut pada bentakan orang tua sekalipun. Kemampuan baik atau buruk itu didapat anak kadang bukan karena apa yang kita tanamkan. Melainkan hasil dari pengamatannya, apa yang dia dengar dan apa yang nampak padanya.
Suatu saat aku mendapati anak tetangga yang dijewer dan dibentak oleh orang tuannya, kenapa? Karena anak berkata buruk, tidak layak, kata-kata yang sepatutnya diucapkan oleh orang tua. Tapi Mengapa anak bisa meniru? Tentu bukan orang tua yang mengajari, tapi karena mendengar dari orang disekelilingnya. Dan benar adanya. Setelah aku ketahui, ternyata orang tuanya ketika bercanda dengan teman-temannya yang datang sering mengucapkan kata-kata seperti itu. Dan ketika itu anak ada diantaranya. Masyaallah.
Dilain sisi saya melihat anak-anak waktu sore sholat jamaah di depan rumahku. Orang tuanya tiap Magrib sholat berjamaah, anak ikut. Tanpa dia suruh. Subhanallah.
Nah Jelas kiranya apa yang terjadi di atas. Sebuah teori psikologi hendaknya kita cermati, yaitu "tabula rasa". dalam teori itu disebutkan, anak dilahirkan hakekatnya tak ubah sebagai selembar kain putih bersih. kain itu akan menjadi warna merah, hitam, kuning, biru tergantung apa yang mencoret pada kain itu. Jika kain dibiarkan maka akan tetap putih. Artinya tidak mendapat kotoran/atau sesuatu yang mengubah warnanya. Jelas kiranya. Kita akan mencoret kain itu menjadi indah dipandang, dan bermanfaat.
Melihat kajian di atas. Berbagai usaha untuk menciptakan anak menjadi baik dan jenius kiranya memang kita usahakan. Kita harus membentuk, tetapi cara kita membentuk harus melihat tugas-tugas perkembangan anak pada masa itu. Tidak boleh kita memaksakan bahkan mempressing. Agar anak tidak robek kemampuannya. Jika kita terlalu ambisi, maka pada akhirnya nanti anak merasa tidak mendapat porsi perkembangan yang sesuai dengan tugas-tugas dirinya. Akan muncul anak-anak pemberontak. Dan kalau sudah demikian apa yang terjadi? Kita tinggal menuai air mata penuh penyesalan. Allahu Akbar.